بسم الله الرحمن الرحيم
Sebenarnya merayakan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu kesalahan didalam agama, hal ini kerana perayaan tersebut tidak ada dasarnya dalam Al-Quran dan Sunnah, juga bukan dari perbuatan Salaf Shalih dan pada generasi-generasi pilihan(terbaik) yg terdahulu. Perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam muncul setelah abad ke empat Hijriyah. Dinukilkan ianya muncul pada zaman Fatimiyah.Dalam keghairahan menyambut hari yang dianggap berharga bagi umat Islam masa kini iaitu hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, ramai yang terlupa bahawa sambutan itu dari mana puncanya. Adakah benar pelaksanaannya?
Awalnya, malam kelahiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah tidak diketahui secara pasti, tapi sebagian ulama kontemporeri memastikan bahawa ianya pada malam kesembilan Rabi'ul Awal, bukan malam kedua belasnya. Kalau demikian, perayaan pada malam kedua belas adalah tidak benar menurut sejarah.
Awalnya, malam kelahiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah tidak diketahui secara pasti, tapi sebagian ulama kontemporeri memastikan bahawa ianya pada malam kesembilan Rabi'ul Awal, bukan malam kedua belasnya. Kalau demikian, perayaan pada malam kedua belas adalah tidak benar menurut sejarah.
Jika dipandang dari segi syari'at, sememangnya perayaan itu tidak ada asalnya. Seandainya ia termasuk syari'at Allah, tentu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah melakukannya dan telah menyampaikan kepada umatnya, dan seandainya beliau melakukannya dan menyampaikannya, tentulah syari'at ini akan terpelihara, kerana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman,
"Ertinya : Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya" [Al-Hijr : 9].
Oleh yg demikian, maka diketahui bahwa perayaan itu bukan dari agama Allah, dan jika bukan dari agama Allah, maka tidak boleh kita beribadah dengannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mendekatkan diri kepadaNya dengan cara itu. Untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, Allah telah menetapkan cara tertentu untuk mencapainya, iaitu yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Imam Abu Ja’far Tajuddin berkata : “Saya tidak ketemui bahawa perayaan ini mempunyai dasar dalam Al-Quran dan Sunnah, dan tiada pula keterangan yang dinukil bahwa hal tersebut pernah dilakukan oleh seseorang dari para ulama yang menjadi rujukan dalam beragama, yang mana mereka sangat kuat dan berpegang teguh terhadap atsar (keterangan) generasi terdahulu. Perayaan itu tiada lain adalah bid’ah yang diada-adakan oleh orang-orang yang tidak ada kerja dan merupakan tempat pelepasan nafsu yang sangat dimanfaatkan oleh orang-orang yang hobi makan” [Risalatul Maurid fi Amalil Maulid]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Begitu pula praktik yang diada-adakan oleh sebagian manusia, baik sama ada hanya meniru orang-orang nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa ‘Alaihis Salam atau kerana alasan cinta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menjadikan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sebuah perayaan. Padahal tanggal kelahiran beliau masih menjadi suatu perselisihan.
Syaikh Muhammad bin Abdul Latif ketika beliau di tanya tentang hukum mengeluarkan harta untuk acara maulid nabi. Beliau menjawab : "Perbuatan maulid adalah perbuatan bid'ah, mungkar dan jelek, mengeluarkan harta untuk perbuatan tersebut adalah bid'ah yang diharamkan, dan orang yang melakukannya adalah berdosa, maka wajib dicegah orang yang melakukannya". [Dinukil dari "Ad-Durar as-sunniyah", hal : 7/285].
Imam Asy-Syatiby ketika ditanya tentang hal ini. Beliau menjawab : "Adapun yang pertama iaitu mewasiatkan sepertiga harta untuk pelaksanaan maulid sebagaimana yang banyak dilakukan manusia ini adalah bid'ah yang diada-adakan, setiap bid'ah itu adalah sesat, bersepakat untuk melakukan bid'ah tidak boleh, dan wasiatnya tidak dilakukan, bahkan diwajibkan kepada Qadhi untuk membatalkannya dan mengembalikan sepertiga harta tersebut kepada ahli waris supaya mereka bagi sesama mereka, semoga Allah menjauhkan para kaum fakir dari menuntut supaya dilaksanakannya wasiat seperti ini". [Dikutip dari Fatwa Asy-Syatiby, no: 203, 204]
Syaikh Muhammad Abdussalam Khadhar Al-Qusyairy dalam kitabnya "As-sunan wal mubtadi'aat al muta'alliqah bil azkar wash sholawaat", hal : 138-139. Dalam fasal: membicarakan bulan Rabi'ul Awal dan bid'ah melakukan maulid pada waktu itu. "Tidak boleh mengkhususkan bulan ini (Rabi'ul Awal) dengan berbagai macam ibadah seperti sholat, zikir, sedekah, dll. Kerana musim ini tidak termasuk hari besar Islam seperti hari jum'at dan hari lebaran yang telah ditetapkan oleh Rasulullah saw, bulan ini memang bulan kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, tapi juga merupakan bulan wafatnya nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kenapa mereka berbahagia atas kelahirannya tapi tidak bersedih atas kematiannya?, menjadikan hari kelahirannya sebagai perayaan maulid adalah bid'ah yang mungkar dan sesat, tidak diterima oleh syara dan akal, kalau sekiranya ada kebaikan dalam melakukannya tentu tidak akan lalai dari melakukannya Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali serta para sahabat yang lainnya, dan para tabi'in serata para ulama yang hidup setelah mereka, maka tidak ragu lagi yang pertama melakukannya adalah kelompok sufisme yang tidak punya kesibukan yang senang melakukan bid'ah kemudian diikuti oleh manusia-manusia lainnya, kecuali orang yang diselamatkan Allah serta di beri taufiq untuk memahami haqiqat agama Islam.
Dan hal semacam ini belum pernah dilakukan oleh ulama salaf (terdahulu). Jika sekiranya hal tersebut memang merupakan kebaikan yang murni atau merupakan pendapat yang kuat, tentu mereka itu lebih berhak (pasti) melakukannya dari pada kita, sebab mereka itu lebih cinta dan lebih hormat pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari pada kita. Mereka itu lebih bersungguh-sungguh terhadap perbuatan baik.
Fatwa Abu Fahdal Ibnu Hajar Al-Asqolany (yang terkenal dengan kitabnya Fathul Bari dalam mensyarahkan Shahih Al-Bukhari) tentang hukum maulid yang dinukil oleh As-Suyuthy dalam kitabnya "Husnul maqsad fi 'amalil maulid", di situ Ia katakan: "Asal perbuatan maulid adalah bid'ah tidak seorang pun dari generasi salafus sholeh yang melakukannya dalam tiga abad pertama". Lihat "Al-Hawy lil Fatawa", hal: 1/196.
Fatwa Syaikh Zhohiruddin Ja'far Al Tizmanty tentang hukum maulid: "Melakukan maulid tidak pernah dilakukan oleh generasi Islam pertama dari salafus sholeh, sedangkan mereka adalah orang yang jauh lebih menghormati dan mencintai nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang mana kecintaan dan penghormatan salah seorang diantara mereka terhadap nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak terjangkau oleh kita sekarang ini, walau hanya secuil". Ungkapan ini dinukilkan dari Ibnu At Thobaahk dan Al Tizmanty oleh pengarang kitab "Subulul huda war rosyad Fi sirah khairil-ibad", hal: 1/441-442
Sebenarnya, kecintaan dan penghormatan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tercermin dalam meniru, mentaati dan mengikuti perintah beliau, menghidupkan sunnah beliau baik zahir atau batin dan menyebarkan agama yang dibawanya, serta memperjuangkannya dengan hati, tangan dan lisan. Begitulah jalan generasi awal terdahulu, dari kaum Muhajirin, Anshar dan Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik”
Ibnu ‘Umar ra meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari kaum tersebut.”[HR. Imam Ahmad]
Hadis yg ringkas mencakupi segenap makna penulisan ini. Seperti yang kita ketahui perbuatan sambutan maulidur rasul ini dimulakan oleh syiah fatimiah dan juga perbuatan ini dilakukan oleh kristian dalam menyambut kelahiran Nabi Isa a.s .Sesungguhnya kedua-dua kaum ini adalah kaum yg sesat dan binasa. Jadi jika kita mencontohi mereka kita akan tergolong dari kalangan mereka yg sesat dan binasa. " Mohon Allah lindungi kita dari perkara sebegini".
Cukuplah dengan hujah2 yg dikemukan oleh ulama'-ulama' terulung untuk dijadikan pedoman buat kita dalam menanggani isu sambutan hari kelahiran Nabi SAW. Jika terus saya huraikan nescaya ianya menjadi sebuah buku untuk bacaan, bukan lagi artikel utk tatapan.
Perbuatan mengadakan sambutan ini bererti kita mendustakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Ertinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu" [Al-Ma'idah : 3]
Wahai Saudaraku:-
Cukuplah berpegang dengan Agama yg lengkap dan sempurna serta suci dari tokok tambah.
Agama bukanlah seperti resepi masakan yang boleh kita gubah suai akan ia.
Namun Agama Islam adalah Agama wahyu yg tiada perubahan malah teguh ketetapannya hingga hari kiamat.
**** dipersilakan untuk meng-copy, sebarkan ilmu yg bermanfaat menjadi tanggungjawab kita bersama. Mohon dikreditkan ke link blog ini. Syukran
No comments:
Post a Comment